Ikhtiar + Doa + Tawakal = Sa’i

Alhamdulillah di musim haji tahun 2024 ini, Saya & Istri diberi kesempatan & nikmat untuk bisa menjadi tamu NYA. Berbicara mengenai ibadah haji ataupun umrah tentunya sangat menarik bagi kaum muslimin, banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari perjalanan ibadah tersebut. Selain menambah spiritualitas, kita bisa memaknai setiap ibadah yang dijalani ketika di Baitullah.

Ibadah haji sarat dengan amaliah historis yang mengandung filosofis.

Semua rangkaian ibadah haji itu mengandung filosofis yang dalam terhadap yang dilakukan oleh para nabi sejak Nabi Adam a.s, Nabi Ibrahim a.s., dan Nabi Muhammad saw., bahkan, dari keluarga para nabi, khususnya Nabi Ibrahim a.s.  Dimana amalan yang dilakukan selama ibadah haji mengandung nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan manusia sampai akhir zaman.

Salah satunya adalah saat kita mengerjakan salah satu rukun Haji & Umrah yaitu Sa’i.  Sa’i merupakan rukun ketiga setelah Ihram dan Thawaf. Sama dengan rukun-rukun yang lain, Sa’i memiliki karakteristik khusus dalam pelaksanaannya. Istimewanya lagi, Anda dapat mengambil hikmah yang sarat dengan pesan kehidupan dari sejarah mengapa Sa’i menjadi rukun yang tidak boleh Anda lewatkan.

Shafa – Marwah

Ibadah Sa’i merupakan salah satu rukun umrah dan haji yang dilakukan dengan berjalan kaki ( berlari-lari kecil ) bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Kedua bukit yang satu sama lainnya berjarak sekitar 400 m, sehingga total jarak tempuh untuk 7 kali bolak balik adalah kurang lebih 3 Km.

Sa’i merupakan napak tilas dari perjuangan Siti Hajar dulu yang tengah berjuang untuk putranya, nabiyullah Ismail yang saat itu masih bayi. Istri dari Nabiyullah Ibrahim ini harus menguatkan Ikhtiar, doa dan tawakal menghadapi ujian dari Allah SWT. Siti Hajar mencari air dari bukti Shafa ke Marwah.

Saya bisa membayangkan kondisi saat itu, yang pastinya sangat berbeda saat kita lakukan Sa’i sekarang yang sangat nyaman, super dingin dan banyak berjejer drum-drum air Zamzam. Dimana saat itu pastinya  panas matahari dari atas dan bawah padang pasir dan terjalnya bukit dan lembah di sepanjang jalan penuh dengan pasir dan batu cadas. Kondisi kepasrahan yang total kepada Allah SWT tidak lantas diam dan berpangku tangan. Siti hajar tetap berusaha dengan berlari mencari air dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak 7 kali bolak balik.

Apa yang terjadi kemudian ?

Ternyata Allah memperlihatkan mukjizatnya yang sangat mempesona. Air datang bukan dari rute Shafa dan Marwah tadi, melainkan dari hentakan kaki sang Bayi nabi Ismail. Inilah awal mula air zamzam yang sampai sekarang airnya terus mengalir. Sudah ribuan tahun lamanya tidak pernah surut dan telah di konsumsi oleh milyaran umat manusia.

Allah SWT melalui ritual ini menyempurnakan tahap demi tahap yang harus dilakukan manusia ketika menginginkan sesuatu kesuksesan, sekaligus untuk memberikan pemahaman, pelajaran, dan hikmah kepada kita tentang masalah yang dialami. Kita boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan hal yang diridhoi Allah. Akan tetapi, kadang Allah hadirkan solusi dari arah yang tak disangka-sangka. Kalo pun kita sudah menempuh berbagai ikhtiar dan ternyata menemui jalan buntu maka janganlah patah semangat dan berputus asa. Tak harus dari apa yang diharapkan, tetapi tetap meyakini bahwa itulah yang terbaik menurut Allah.

Jangan sering berharap jalan pintas, jalan cepat sukses tanpa usaha, apalagi jalan merampas hak-hak orang lain agar kelihatan ‘wah’ di mata manusia, tetapi terpuruk di mata Allah SWT. Bukannya Islam menawarkan cara-cara yang alamiah, agar keberhasilan kita mudah ditiru dan bisa dilakukan oleh siapa pun.

Allah tidak akan mengabaikan hambanya yang bertawakal dengan benar.

Tidakkah kita belajar dari sulitnya Ibunda Siti Hajar dan bayinya, Nabi Ismail, hidup di gurun pasir yang tandus berusaha mencari air. Dan pada akhirnya keberhasilanlah yang beliau raih. Semangat untuk terus berjuang, berusaha dan berdoa disertai dengan keikhlasan kepada Allah SWT, menjadi bagian dari kunci sukses ikhtiar apa yang kita cita-citakan. Wallahu a’lam.

PS : Terimakasih untuk Ust Norman, Ust Faried, Ust Abdullah, Dr. Nurhadi – P.Abdulah, P.Sis, P.Maskun (Room Mate), P.Hasan, P.Jatmiko, P.Soni, P.Tori, P.Teguh, P.Adi, P.Win, P.Subhan, P.Zaenal dan teman – teman semua atas kebersamaan selama 23 Hari yang penuh dengan cerita bermakna.